 |
buiten-zorg.blogspot |
Mukosa lambung, pilorus dan kardia mengeluarkan mukus, sehingga mukosanya tahan asam. Bila produksi asam lambung dan pepsin yang bersifat korosif tidak seimbang dalam sistem gastro-duodenal akan timbul tukak peptik esofagus, lambung dan duodenum. Tukak peptik diduga diturunkan, karena banyak kasus terjadi pada keluarga yang berkaitan darah langsung.Lebih sering terjadi pada pria, karena jumlah sel parietal pada pria lebih banyak daripada yang ada di wanita. Pada pasien sirosis hepatis, mungkin terjadi gangguan metabolisme histamin yang menyebabkan hipersekresi HCl. Mungkin karena faktor psikis, tapi belum dipastikan. Obat – obatan lokal pada GIT antara lain :
1. Antasida
Antasida adalah obat yang menetralkan asam lambung, dapat menghilangkan nyeri tukak peptik. Tidak mengurangi produksi HCl, tapi peninggian pH akan mengurangi aktivitas pepsin, misalnya jenis amunium hidroksida yang akan menghambat pepsin secara langsung. Kerja antasid sangat bergantung pada kelarutan dan kecepatan netralisasi asam, masa kerjanya bergantung pada lama pengosongan lambung.
Umumnya adalah golongan basa lemah, misalnya oksi-aluminium tapi sukar meninggikan pH lambung lebih dari 4. Magnesium hidroksida, basa kuat secara teoritis dapat meninggikan pH sampai 9, tetapi dalam penerapan tidak terjadi demikian. Antasid dibagi dalam 2 golongan, yaitu antasid sistemik dan antasid non-sistemik. Antasid sistemik, misalnya natrium bikarbonat, diabsorbsi dalam usus halus sehingga urin bersifat alkalis, sedangkan antasid non-sistemik hampir tidak diabsorbsi dalam usus, sehingga tidak akan terjadi alkalosis sistemik. Reaksi kimia
a. Antasid sistemik: NaHCO3 + HCl àß NaCl + H2O + CO2
Adanya CO2 akan banyak menimbulkan sendawa. Sediaan ini tersedia dalam tablet 500 – 1000 mg, jarang digunakan sebagai antasid.
b. Antasid non-sistemik: Al(OH)3 + 3HCl àß AlCl3 + 3H2O
Efek samping Al(OH)3 yang utama adalah konstipasi, dapat mengurangi berbagai macam absorbsi vitamin. Tersedia dalam bentuk suspensi dengan dosis 8 ml. Sediaan tablet dengan dosis tunggal yang dianjurkan 0,6 gram.
Efek samping
a. Sindroma susu alkali
Hanya timbul pada pasien yang memakai antasid sistemik, atau mengkonsumsi kalsium karbonat dengan susu dalam jumlah besar dan jangka panjang. Gejalanya antara lain sakit kepala, iritabel, lemah, mual, dan muntah. Sindroma ini ditandai dengan hiperkalsemia, alkalosis ringan, kalsifikasi dan terbentuknya batu ginjal ataupun gagal ginjal kronis. Diduga karena protein susu yang meningkatkan absorbsi kalsium.
b. Batu ginjal, osteomalasia, dan osteoporosis
Aluminium hidroksida dan fosfat dapat membentuk senyawa yang sukar larut dalam usus halus, mengurangi absorbsi fosfat berakibat reabsorbsi pada tulang, selanjutnya terjadi hiperkalsiuria dan meningkatnya jumlah absorbsi kalsium dalam usus halus. Perubahan metabolisme kalsium ini yang menyebabkan penyakit di atas.
c. Neurotoksisitas
Aluminium yang diabsorbsi dalam kecil dapat tertimbun di otak, menimbulkan sindroma ensefalopati, pada pasien gagal ginjal kronik dan alzheimer.
d. Saluran cerna
Penggunaan antasid yang mengandung magnesium akan menyebabkan diare, sedangkan aluminium dapat menyebabkan obstruksi dan perdarahan usus, terutama pada orang tua.
e. Asupan natrium
Hampir semua antasid mengandung natrium, harus diwaspadai pada penderita penyakit kardiovaskuler yang harus menghindari pemakaian natrium berlebihan.
2. Obat penghambat sekresi asam lambung
Diindikasikan untuk tukak peptik, karena dapat menghambat sekresi asam lambung. Ada 4 jenis obat, yakni antihistamin H2, antimuskarinik, penghambat pompa proton dan misoprostol, tetapi yang berfungsi sebagai obat lokal adalah penghambat pompa proton dan misoprostol.
Penghambat Pompa Proton
Menghambat sekresi lambung lebih kuat daripada antihistamin. Yang digunakan di klinik antara lain adalah jenis omeprazol, esomeprazol, lansoprazol, rabeprazol, dan pantoprazol. Pada dasarnya sama, perbedaan ada pada substansi cicin piridin.
a. Farmakokinetik
Sediaan ini tidak mengalami aktivasi di lambung, sehingga bioavailabilitasnya lebih baik. Sebaikmya diberikan 30 menit sebelum makan, diberikan dalam sediaan salut enterik untuk mencegah degradasi dalam suasana asam.
b. Farmakodinamik
Merupakan prodrug yang aktivasinya butuh suasana asam. Setelah diabsorbsi, masuk ke sirkulasi sistemik dan berdifusi di sel parietal lambung dan teraktivasi menjadi sulfonamid tetrasiklik. Penghambatan produksi asam lambung berlangsung 24 - 48 jam. Hambatan ini bertahan lama, produksi asam baru akan terbentuk 3 - 4 hari setelah pengobatan dihentikan. Indikasi penghambat pompa proton sama dengan antihistamin H2, pada penyakit peptik, namun obat ini lebih baik karena pertimbangan efek samping yang tidak terlalu mengganggu. Efek samping, yang umum adalah mual, nyeri perut, konstipasi, diare. Dapat pula terjadi myopati subakut, artralgia, sakit kepala dan ruam di kulit. Hipergastrinemia akan terjadi, dan lebih sering pada penggunaan obat ini dari pada anti histamin H2, keadaan ini dapat menyebabkan rebound hipersekresi asam lambung yang berakibat menginduksi tumor gastrointestinal.
Misoprostol
Obat ini berefek menghambat sekresi HCl dan bersifat sitoprotektif untuk mencegah tukak pada saluran cerna. Misoprostol adalah prostaglandin sintetik oral yang dapat menyembuhkan tukak lambung dan duodenum. Efektif untuk pengobatan jangka pendek pada tukak duodenum, dan sangat efektif untuk tukak lambung.
Efek samping ringan antara lain mual, gangguan abdomen, pusing, sakit kepala. Diare timbul, tapi sangat jarang. Dilarang dilakukan pemberian pada wanita hamil, karena 7% pasien mengalami keguguran.
Dosis dan sediaan. Diberikan secara oral pada pasien dewasa 200 mg 4 kali sehari, atau 400 mg 2 kali sehari, diindikasikan untuk pasien usia lanjut.
3. Obat meningkatkan pertahanan mukosa lambung
Surkralfat berbentuk polimer dalam suasana asam dan terikat pada jaringan nekrotik secara selektif. Obat ini tidak diabsorbsi secara sistemik. Bekerja seperti sawar HCl dan pepsin, spesifik pada tukak duodenum. Indikasi sukralfat sama efektifnya dengan simetidin untuk pengobatan tukak lambung dan duodenum.
Efek samping paling sering adalah konstipasi. Mengandung aluminium sehingga harus hati-hati digunakan pada pasien gagal ginjal. Dosis pada pasien dewasa untuk tukak duodenum adalah 1gram 4 kali sehari dalam keadaan lambung kosong atau 1 jam sebelum makan, dilakukan pengobatan antara 4-8 minggu. Bisa diberikan antasid sebagai obat pendamping pereda nyeri lambung 1 jam setelah sukralfat. Untuk pencegahan stress ulcer, diberika 1 gram 6 kali sehari sebagai suspensi oral.
4. Digestan
Merupakan obat yang membantu proses pencernaan, bermanfaat bagi defisiensi zat pada saluran cerna. Sediaan yang bermanfaat sebagai obat adalah enzim pankreas dan empedu.
Enzim pankreas
Dikenal sebagai pankreatin dan pankrelipase. Pankrealipase berasal dari pankreas babi bekerja lebih efektif daripada pancreatin, tapi daapt dirusak asam lambung, sehingga harus dibuat sediaan bentuk tablet salut enteral.efek samping sangat sedikit, hanya mual dan diare, jarang terjadi hiperurisemia.
Empedu
Mengandung asam empedu dan konjugatnya. Zat empedu yyang penting adalah natrium asam kolat dan asam kenodeoksikolat. Penting untuk penyerapan lemak, dan absorbsi zat larut lemak, seperti vitamik A,D,E, dan K. Asam kenodeoksikolat dapat menurunkan kadar kolesterol dalam empedu, sehingga mampu mengatasi batu kolesterol kandung empedu pada pasien tertentu. Pengobatan jangka panjang dapat menyebabkan atrofi mikrovili saluran empedu dan meningkatnya liposit sinusoidal, dan mungkin terjadi diare.
Tabel Bentuk Dagestan Obat | Bentuk Sediaan & Dosis | Penggunaan | Keterangan |
Asam Glutamate | Kapsul 340 mg, Dosis 0.3-1 gram perhari | - | - |
Pepsin | Eliksir 5,5%, Dosis 2-4 ml | Pemecahan Protein | Dari mukosa lambung hewan. Pada asam menghancurkan pancreatin, pada suasana nasa/ netral justru dihancurkan |
Pankreatin | Tablet salut enteral, Dosis 0,3-1g/kgBB/hari | Pencernaan Karbo dan Protein pada defisiensi pancreas | Dari ekstrak pankreas berbagai hewan, mengandung tripsin,lipase dan amylase. |
Asam Dehidrokolat | Tablet 250 mg, Dosis 3 kali 250mg/hari | Merangsang sekresi empedu tanpa meningkatkan garam dan pigmen empedu | Tidak boleh diberikan pada pasien dengan obstruksi hati dan biliaris |
Natrium Dehidroklorat | 500mg dalam 10ml air, 600mg dalam 3ml air, 1gr dalam 1ml air, 2gr dalam 10 ml air, Dosis IV 0,1-1 gram | Sda | Efek toksik berupa bradikardi, hipotensi, otot hiperaktif dan reaksi alergi. Pemberian IV yg bocor menyebabkan reaksi lokal |